Padang, 21 April 2014. Bertempat di Kantor Bappeda Propinsi Sumatera Barat, Universitas Andalas dan Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT) menggelar acara pelepasan 20 orang SKM sebagai Sarjana Pendamping Purna Waktu (SP2W) Perdesaan Sehat Regional I Sumatera tahun anggaran 2014. Acara tersebut dihadiri oleh Asisten Deputi Urusan Sumber Daya Kesehatan KPDT, Sekretaris Bappeda Propinsi Sumatera Barat, Wakil Rektor IV Universitas Andalas, Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas, Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat, BPM Propinsi Sumatera Barat, Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat, Bappeda Kabupaten Solok Selatan, Dinas Kesehatan Kabupaten Solok Selatan, Dinas Kesehatan Kabupaten Sijunjung, Bappeda Kabupaten Sijunjung, Sekretariat Perdesaan Sehat, serta SP2W Perdesaan Sehat Regional I Sumatera.
Dalam sambutan pembukaannya, Hefdi (Sekretaris Bappeda Propinsi Sumatera Barat) mengatakan apresiasinya terhadap kinerja Perdesaan Sehat di wilayah Sumatera Barat yang sudah memasuki tahun kedua. Lebih lanjut, Propinsi Sumatera Barat mendapatkan dana dekonsentrasi dari KPDT untuk menyusun Strategi Daerah (Strada) Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal di wilayah Sumatera Barat.
Prof. dr. Nur Indrawaty Lipoeto, M.Sc, Ph.D, Sp.GK (Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas) memaparkan tentang pelaksanaan Perdesaan Sehat di Regional I Sumatera yang dimulai sejak tahun 2013 dengan penempatan 30 orang SKM. Pada tahun 2014, sebanyak 20 orang SP2W Perdesaan Sehat Regional I Sumatera, yang akan ditempatkan di 5 Propinsi (Sumatera Barat, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung dan Bangka Belitung) dan 15 Kabupaten daerah tertinggal di wilayah Sumatera. Ke-15 Kabupetan tersebut yaitu: Dharmasraya, Pesisir Selatan, Pasaman Barat, Solok Selatan, Padang Pariaman, Sijunjung, Seluma, Kaur, Empat Lawang, Musi Rawas, Oku Selatan, Pesawaran, Lampung Barat, Lampung Utara, dan Bangka Selatan (SK Rektor Universitas Andalas tentang Penempatan SP2W dapat didownload di sini ). Pihak Universitas Andalas telah mengirimkan surat pemberitahuan ke pada masing-masing Dinas Kesehatan Kabupaten penempatan SP2W (dapat didownload di sini )
Tema “Penguatan Peran Stakeholder Kabupaten Dalam Pembangunan Kesehatan di Daerah Tertinggal” dipaparkan oleh dr. Hanibal Hamidi, M.Kes (Asisten Deputi Urusan Sumber Daya Kesehatan, KPDT). Rendahnya capaian kinerja Prioritas Nasional 3 Kesehatan RPJMN 2010-2014 yang berkaitan dengan Angka Kematian Ibu melahirkan, Angka Kematian Bayi, Angka Kelahiran Total, serta jangkauan akses air bersih, dapat berakibat pada penurunan kualitas pembangunan kesehatan secara nasional, ujar Hanibal. Pada tingkat Asia, Indonesia bersaing oleh negara Timor Leste yang notabene adalah negara baru berdiri. Sedangkan, tren anggaran pembangunan kesehatan menunjukkan peningkatan yang signifikan dari beberapa tahun sebelumnya. Oleh karena itu, diperlukan rekonstruksi total kesehatan secara nasional. Lebih lanjut, Hanibal mengatakan bahwa Perdesaan Sehat memulainya dengan penajaman pilihan prioritas intervensi pembangunan bagi penjaminan ketersediaan dan berfungsinya lima determinan faktor kualitas kesehatan yang disebut dengan Lima Pilar Perdesaan Sehat, yaitu: Dokter Puskesmas bagi setiap Puskesmas, Bidan Desa bagi setiap desa, Air Bersih dan Sanitasi bagi setiap rumah tangga, serta Gizi seimbang terutama bagi ibu hamil, menyusui dan balita di seluruh perdesaan di daerah tertinggal.
Prof. Dr. Ir. Helmi, M.Sc (Wakil Rektor IV Universitas Andalas) mengatakan bahwa peranan Universitas Andalas sebagai mitra Perdesaan Sehat berkaitan dengan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Jauh sebelumnya, Universitas Andalas sebagai salah satu kampus yang melakukan inisiasi Kuliah Kerja Nyata (KKN) ke lokasi daerah tertinggal, dengan melakukan alih teknologi pertanian kepada masyarakat untuk meningkatkan kualitas produknya, sehingga berdampak pada peningkatan perekonomiannya. Agenda Perdesaan Sehat perlu difokuskan pada peningkatan kualitas kesehatan masyarakat, sehingga terwujudnya kedaulatan di bidang farmasi dan pangan, ujar Prof. Helmi. Daerah tertinggal diharapkan menjadi mesin pertumbuhan ekonomi, dengan menjadi pemasok bahan baku farmasi untuk obat herbal. Dunia internasional sudah mengalami pergeseran mindset dan perilaku yang beralih ke obat herbal. Integrasi KPDT, Perguruan Tinggi dan Pemerintah Daerah diharapkan dapat merebut kedaulatan di bidang farmasi, sehingga melalui Perdesaan Sehat dapat meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat untuk menuju terwujudnya Indonesia baru.
Perdesaan Sehat
Denas Symond, MCN